Story's of my love (New)


Berawal dari tugas yang di berikan oleh guru kesenian untuk mempelajari dan menghapal apa-apa saja tentang gitar, pada saat ini orang-orang mengenalku sebagai salah satu orang yang bisa bermain gitar, maka dari itu salah satu temanku dulu, sebut saja namanya Z (Tahun 2009 aku dan dia sekelas, tetapi di tahun 2010 aku dan dia menjadi beda kelas). Tapi itu tak terlau berpengaruh pada hubungan kami, aku tetap menganggap dia sbagai teman biasa bahkan aku dan dia sebenanya tak begitu dekat. Namun tugas dari guru kesenian ini membuat kami begitu dekat, bahkan sampai menjadi lebih dekat dan saling curhat satu sama lain.
            Waktu ke waktu smakin berlalu, lama kami menjadi dekat. Hubungan kami dibumbui oleh panggilan-panggilan mesra oleh kami berdua. Aku menikmati saja panggilan yang dia beri untukku, mula mula sih hanya sebatas memanggil “Neng dan Boy”, aku memanggil ia dengan sebutan “Neng” dan dia kepadaku memanggil “Boy”. Yah tak apalah, toh tak ada yang rugi, kami smakin dekat bahkan panggilan diantara kami berubah menjadi “Bebep dan Bebep”. Aku memanggil ia dngan sebutan bebep, begitu juga dia kepadaku.
            Aku tahu ia sedang menyukai temanku (Teman sekelasnya ketika aku dan dia tidak sekelas), aku tahu karna dia yang curhat kepadaku seperti yang sudah aku ceritakan di atas. Hingga saat inipun aku tahu bahwa ia masih mencintainya (Temanku), smakin hari smakin hari pikiranku kacau. Aku jadi sering memikirkan dirinya, aku berpikiran “Ah aku sudah terlanjur kepalang mesra, apa aku jadikan saja ia sebagai kekasihku ya?”
            Pikiran-pikiran seperti itu sering mengganggu pikiran jernihku, suatu hari aku mendapat SMS dari temanku yang lain yang isinya tentang Hari Status Dunia, yang isinya adalah sebagai berikut :
“Hari Status Dunia
Jika hari ini adalah status sedunia, kamu akan jadikan aku sebagai apa?
1.       Sahabat terbaik
2.       Teman
3.       Adik
4.       Kaka
5.       Pacar

Balas ya!”
            Aku diam saja kana itu memang sudah biasa, pada saat itu aku sedang SMS-an dengan dirinya, dan tak tau kenapa dia bilang seperti ini kepadaku, “Kamu nganggap aku sebagai apa kamu sih? Aku ingin tau status kita!”, aku sih hanya terdiam lagi karna bingung mau balas apa. Pikiran untuk menjadikannya kekasih kembali muncul, tapi aku abaikan dan aku balas SMS dia dengan sperti berikut, “Iya, entar aja ya jawabnya kalau aku udah siap!”. Aku memang belum siap untuk menjalani hubungan yang serius dengannya, karna aku tahu pinsip yang ia gunakan dalam hidupnya, salah satunya adalah tidak ingin mempunyai pacar/kekasih dulu sebelum ia benar-benar dewasa atau kuliah atau sudah mendapatkan apa yang ia cita-citakan.
            Aku tahu resikonya jika aku benar-benar menembak dia. Tapi apa daya, setan terus menggoda otakku, sehingga terjadilah itu (Aku menembak dia, dikala dia masih menyukai temanku). Itulah salah satu kebodohanku yang selalu saja ada dalam keseharianku.
            Sekarang, aku dan kamu telah saling berjauhan. Aku tak mengerti caranya agar waktu bisa berputar seperti beberapa bulan yang lalu saat kita sering bersama, sering ngobrol, curhat, berbagi DLL, tapi sekarang? Itu tak ada lagi, walau faktanya adalah kita tiap hari biasa bertemu dikelas, bersama dalam satu ruangan, itu tak membuat keadaan berubah seperti dulu. Apakah aku harus berdiam untuk terus menyembunyikannya?
            Setiap dia berbicara dengan lelaki lain begitu dekat, ataupun ketika dia sangat dekat dengan temanku, aku merasa sesuatu telah membuat hatiku sakit. Ketika namanya disebut lelaki lain aku penasaran, ada apakah dia dengan lelaki itu? Sampai manakah hubungan mereka sebenarnya?
            Tapi aku juga berfikir, sebeginikah aku? Terlalu berlebihan mencampuri urusan kamu? Walau bagaimanapun, kamu tetap temanku, teman yang baru ku kenal saat aku menginjakan kaki dikelas 7 SMP.
            Ketika kita sekelas dulu, tak ada sesuatu yang special untuk kamu. Tak ada rasa yang begitu istimewa untukmu, sekarang? Berbeda keadaannya. Dua tahun sejak kita kenal telah berlalu, saat ini aku duduk dibangku SMP kelas 9, begitu juga dia.
            Ketika aku dan kamu kelas 8, aku dan kamu bukan semakin jauh (Karna berbeda kelas) malah semakin dekat, entah jalan takdir atau seperti apa aku tak mengerti. Mungkin karna kedekatan itulah muncul rasa-rasa yang seharusnya indah, seharusnya membawa kebahagiaan, tapi malah membuat kita jauh. Sekarang aku mencintaimu, sekarang aku menyayangimu, bila kamu dibandingkan dengan perempuan lain bahkan ada yang lebih cantik dari kamu tapi hati tidaklah mementingkan kecantikan fisik
            Namun, keindahan hati dan sifatmu itu yang membuat aku jadi ingin selalu bersama kamu, selalu ingin ditemani kamu. Tapi, pupus sudah harapan-harapanku ini, harapan indah yang menyertai hidupku di hidupmu.
            Ketika aku berjauhan dengannya, teman-teman kerabatku mngetahui bahwa aku dekat dengannya dan ada sesuatu hubungan yang tak biasa, ada sekitar 3 orang teman dekatku (sekarang aku memang masih menganggapnya teman dekat karena aku tidak mau memutuskan hubungan pertemanan gara-gara gagal menjadi rekan bisnis di dunia yang aku suka), ada 1 orang yang mungkin penasaran dengan kamu, yang namanya si Z itu yang mana (mungkin dalam hatinya teman kerabatku itu, sebut saja namanya X).
            Aku tak tahu pasti, tapi yang jelas dia berusaha mendekati si Z yang jelas dia tahu cerita aku dan dia, dia secara terang-terangan meminta nomor HandPhone si Z itu di depan mataku, aku diam saja melihatnya, tak apalah, apa kaitannya denganku? Tak ada. Bahkan si X itu telah bertanya sebelumnya kepada ku “kamu lebih milih yang mana ? Si Z atau si alumni itu atau si itu atau si itu?” (SI X menyebutkan nama cewek satu persatu), karena aku mengira sudah dekat dengan si X aku percaya saja, aku jawab “si Z”. Dia menjawab “Oke tenang, saya tak akan merebutnya kok” Sambil tertawa dia berbicara, kami memang senang bercanda (Maksud kami di sini adalah teman dekatku), seusai itu kami bernyanyi bersama dikamar si X dan senang-senang sembari menyanyikan lagu yang di ubah liriknya dengan nama cewek yang kami suka masing-masing (seolah di ejek oleh teman lain, kami saling mengejek dengan lagu yang dirubah liriknya menjadi nama cewek). Sore itu memang hari yang cerah dan menyenangkan, tapi ternyata setelah beberpa hari ke depan aku memperhatikan kok sepertinya si Z itu makin dekat dengan si X ya? Ternyata memang si X dan Z sering SMS-an, dan si X itu telah mengetahui prinsip yang digunakan oleh si Z, oleh karena itu si X jadi lebih menghindar sedikit, aku tetap saja bertahan dengan kondisi ku saat itu, diam tak berkutik. Ku perhatikan mereka semakin dekat, aku juga tahu si X menerima MMS dari si Z yang isinya foto si Z, kalau boleh diterka foto itu adalah foto si Z dan si Z mengenakan baju berwarna hijau, tak berkerudung, sedang bergaya so’so model yang ingin terlihat cantik. Ternyata bukan hanya 1 MMS, bahkan lebih yang jelas aku tak terlalu mementingkan fotonya, apalah arti sebuah foto bila orang yang di foto tak ada disini.
            Lepas dari cerita tentang foto itu, kini beralih ke masalah perasaan si Z ke si X, sebelum si Z mengenal si X dan sebelum aku mempunyai masalah dengan si Z, si Z menyukai temanku yang sudah aku ceritakan di awal, sebut saja namanya Y. Cukup lama si X dan si Z dekat, ternyata benih-benih perasaan baru pun MUNCUL, itu terjadi oleh si Z. Mengetahui hal ini aku terasa {Aku lupa apa yang aku rasakan saat itu, karena sengaja aku melupakan bagian-bagian yang menyakitkan hati sendiri, untuk apa juga yang menyakitkan di ingat-ingat, betul?).
            Pada saat ini terjadi, si X sesungguhnya telah mempunyai seorang pacar, namun tidak banyak yang tahu, dan pacarnya itu terkadang kurang menganggap serius keberadaan seorang X, tapi sekarang mereka mulai serius menjalani hubungan pacaran mereka.
            Pertanyaan yang selalu ada dalam benakku adalah apa yang aku rasakan saat ini untuk Z? Benci kah? Suka kah? Peduli kah? Teman kah? Sayang kah? Itulah yang menjadi ke tidak harmonisan hubungan kita. Jujur saja, ketika melihatnya berdua dengan lelaki lain aku marah, atau malah males mendekat kea rah mereka, bukan hanya marah, tapi enek juga, kesel. Ketika diajak ngobrol oleh dia, hal yang sama aku alami, tapi diluar itu, di belakangnya justru hal sebaliknya telah terjadi, semua hal diatas berbalik menjadi lawannya, bingungkah Anda pembaca? Anda saja bingung apalagi saya.
            SEKIAN.